Latar belakang :
An entrepreneur is: The person who habitually creates and innovates to build something of recognized values around perceived opportunities (Bolton & Thompson, 2004). Seorang entrepreneur adalah :Orang yang terbiasa mencipta dan berinovasi untuk membangun sesuatu yang mempunyai nilai-nilai yang terakui berdasarkan peluang yang ditemukan.
Bangsa Indonesia dikategorikan sebagai bangsa yang miskin, jauh dari kemakmuran meski memiliki kekayaan alam melimpah. Kemiskinan terjadi karena bangsa ini tidak dapat mengelola sumber daya alam yang begitu melimpah. Untuk menjadikan negara ini makmur tentu dibutuhkan orang-orang yang mampu mengelola SDM jujur dan tulus demi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu juga diperlukan enterpreneur- enterpreneur handal. Menurut Thomson, 2004, negara mampu mencapai kemakmuran jika minimal 2% dari jumlah penduduknya memiliki jiwa enterpreneur. Dengan demikian, untuk mencapai kemakmuran Indonesia paling tidak memiliki 4,4 juta enterpreneur. Berdasarkan catatan BPS seperti dikutip Ciputra, Indonesia baru memiliki SDM berjiwa enterpreneurship sekitar 400 ribu atau 0,18%. Jumlah yang masih sangat jauh dari standar minimal.
Berbekal dari pengetahuan tersebut, Pimpinan PG-TK-SD Kristen 3 YSKI bermaksud ingin melakukan terobosan dengan melaksanakan pembaruan sistem pendidikan namun tetap menjunjung tinggi visi dan misi sekolah. Terobosan itu adalah dengan memasukkan pendidikan enterpreneurship pada jenjang kelas tertentu. Pendidikan Entrepreneurship yang akan dikembangkan tidak semata-mata melatih siswa menjadi pengusaha atau pedagang, sebagaimana yang dipahami masyarakat secara umum, tetapi melatih siswa untuk memiliki kebiasaan mencipta dan berinovasi serta melihat peluang untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai, melalui pelajaran-pelajaran yang dibelajarkan di sekolah. Landasan pendidikan berbasis kewirausahaan, entrepreneurship-based education, adalah pembentukan sikap belajar yang berdasarkan creating and innovating habit (kebiasaan mencipta dan berinovasi), yang menjadi ciri dari pendidikan entrepreneur.
Demi menjaga keberlangsungan pendidikan enterpreneurship di PG-TK-SD Kristen 3 YSKI, materi-materi diintegrasikan ke dalam beberapa mata pelajaran. Hal ini sekaligus sebagai bentuk konkret pengembangan kurikulum 2006 (KTSP) yang selama ini telah digunakan oleh sekolah. Terapan di lapangan, siswa tidak saja sekedar belajar mengenai knowledge tetapi juga menggabungkan skill dan character building sebagai satu keutuhan yang dikemas dalam berbagai project yang pada akhirnya akan memunculkan creating and innovating habit.
Dasar :
Rancangan penyelenggaraan pendidikan didasarkan pada :
1. UUD 1945 hasil amandemen, pasal 31 ayat 1 tentang hak warga negara memperoleh pendidikan.
2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I, pasal 1, ayat 1
3. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II, pasal 3
4. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV, pasal 5
5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV, pasal 19 ayat 1.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab V, pasal 25 (ayat 1-3) dan pasal 26 ayat 1.
Tujuan :
1. Tujuan Umum :
Melatih siswa untuk memiliki kebiasaan mencipta dan berinovasi serta melihat peluang untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai, melalui pelajaran-pelajaran yang dibelajarkan di sekolah.
2. Tujuan Khusus :
Melatih siswa menghasilkan produk yang memiliki nilai jual.
PELAKSANAAN
Program pembelajaran enterpreneurship yang berlabel Pendidikan Berbasis Kewirausahaan (entrepreneurship-based education) diselenggarakan menggunakan kurikulum plus (KTSP Plus). Bentuk kegiatan didesain dalam bentuk : 1). Pembelajaran di dalam kelas, 2). Pembelajaran di luar kelas, misalnya : kunjungan (ke berbagai industri kecil, menengah, dan besar), pentas kreasi. 3). Praktik pemasaran di lapangan. Praktik pemasaran di lapangan dikemas dalam bentuk a). My Product for Sale, yaitu penjualan produk anak-anak kepada khalayak yang dilaksanakan oleh sekolah. Hasil penjualan 90% dikembalikan ke anak, 10% untuk subsidi pengadaan perlengkapan produksi yang diperlukan anak. b). Show Creations, pameran produk anak-anak yang dilaksanakan di akhir semester. b). Garage Sal, yaitu penjualan barang-barang bekas milik anak-anak/keluarga. Jenis barang : perlengkapan sekolah, pernak-pernik anak-anak, game, buku-buku nonfiksi. Dilaksanakan sebulan sekali.
Senin, 25 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar